🌈 Kata Bijak Ki Ageng Suryomentaram

Bahagiamenurut Ki Ageng Suryomentaram adalah hidup sewajarnya. Yaitu hidup secara tidak berlebih-lebihan dan juga tidak berkekurangan. Dan hidup sewajarnya itu oleh Ki Ageng dirumuskan dalam NEMSA (6-SA): sakepenake, sabutuhe, saperlune, sacukupe, samesthine, sabenere. KiAgeng Suryomentaram lahir pada hari Jumat Kliwon, tanggal 20 Mei 1892 dengan nama kecil Bendara Raden Mas Kudiarmaji, putra ke-55 dari 78 bersaudara. Ki Ageng dapat dikatakan beruntung karena mengalami masa di mana Kraton Ngayogyakarta mencapai kejayaan dengan harta yang bergelimang dari hasil 17 pabrik gula pada kala itu. Pergulatan hidupnya dapat diacungi jempol dan memiliki kesan sangar. Melaluiajaran Suryomentaram kita mewarisi pemahaman mengenai kebahagiaan dan tugas-tugas utama manusia di dunia. Sebagai generasi penerus yang sudah berlalu sangat lama, ajaran Ki Ageng sangat relevan kita praktekkan saat ini. Melalui ajaran Ki Ageng, kita belajar bahwa kebahagiaan itu tidak harus berurusan dengan duniawi. olehKi Ageng sebagai "rasa bahagia" atau Bejo. Rasa bahagia itu sebagai se- Rasa bahagia itu sebagai se- suatu kondisi yang bebas tidak tergantung pada tempat, waktu, dan keadaan. 9 PsikologiSuryomentaram. Penulis : Afthonul Afif. Penerbit: IRCiSoD. Cetakan : 2020. Halaman : 238 hlm. Ukuran : 14 x 20 cm. "Kehidupan bahagia sejati adalah kebahagiaan yang tidak lagi terikat oleh tempat, waktu dan keadaaan (mboten gumantung papan, wekdal lan kawontenan).". Ki Ageng Suryomentaram. Buku ini dibuka dengan pengantar oleh Irfan Afifi. Padamasa penyebaran dan pengajaran yang dilakukan oleh Ki Ageng Suryomentaram, beliau selalu menyampaikan sebuah kalimat yang menjelaskan tentang ajaran kawruh jiwa. "Jadi ilmu jiwa atau kawruh jiwa merupakan ilmu rasa atau kawruh raos. Darikisah Ki Ageng Suryomentaram, kita dapat melihat pergolakan seorang manusia untuk mencapai kepuasan dan kebahagiaan. Blio berjuang membebaskan diri dari segala kekecewaan dan depresi. Kristalisasi pemikiran Suryomentaram dikenal sebagai Kawruh Jiwo atau Ilmu Jiwa. Beberapa sumber menyebut sebagai Kawruh Begja atau ilmu kebahagiaan/keberuntungan. KiAgeng Suryomentaraman (O Jawa: Ki Ageng Suryamentaraman) adalah putra ke-55 dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII yang lahir dari ratu permaisuri B.R.A. Retnomandoyo. Kakek pihak ibunya adalah Patih Danurejo VI. Ia lahir dengan nama B.R.M. Kudiarmadji dan berganti nama menjadi BPH. Suryomataram (O Jawa: B.P.H. Suryamataram) pada masa dewasa. Ajarantentang ketabahan batin dalam menghadapi kesulitan hidup ini Ki Ageng sampaikan dalam sebuah wejangan yang berjudul Piageming Gesang, atau pegangan hidup, yang kemudian dimuat dalam buku Kawruh Jiwa: Wejanganipun Ki Ageng Suryomentaram 2 (1991, hal. 95-105) dengan judul yang sama. Tulisan ini banyak mengambil materi dari bab tersebut dengan memberinya bumbu contoh kasus sehari-hari. rvJzw. Ki Ageng Suryomentaram 20 Mei 1892 – 18 Maret 1962 adalah putra ke-55 dari pasangan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan Bendoro Raden Ayu Retnomandojo, putri Patih Danurejo VI.[1] Ki Ageng Suryomentaram memiliki nama bangsawan Bendoro Raden Mas BRM Kudiarmadji dan setelah umur 18 tahun diberi nama kebangsawanan Bendoro Pangeran Haryo BPH Suryomentaram.[1] Ki Ageng Suryomentaram menjadi guru dari suatu aliran kebatinan yang bernama Kawruh Begja atau Ilmu Begja yang memiliki arti ilmu bahagia.[2] Salah satu ajaran moral dari Ilmu Begja yang sangat populer pada masa itu adalah Aja Dumeh yang artinya jangan menyombongkan diri, jangan membusungkan dada, jangan mengecilkan orang lain karena diri sendiri lebih berpangkat tinggi, berkuasa atau kaya raya, sebab manusia itu pada hakikatnya adalah sama.[2] Kaakibat ng paggunita natin sa Araw ng Kagitingan ang ating pagpupugay sa mga beterano, sa ating mga sundalo, at sa bawat Pilipinong lumaban sa pang-aapi ng dayuhan at ipinagtanggol ang kasarinlan ng Inang Bayan. Freedom from colonial yoke was not achieved overnight. It became possible because there were Filipinos who had the courage and determination to fight for what is just and right; they were true leaders who stepped up to inspire others to reclaim our national dignity and stand up for the future of our country. Silang mga walang takot na hinarap ang mga bala at bayoneta, silang mga nagbuwis ng buhay sa napakahabang martsa, sa ngalan ng kalayaan at pagtatanggol ng para sa atin. Ngayon po, may mga bago at mas matinding hamon pa ang hinaharap natin. Ang pamahalaan na inaasahang maging kakampi ng taumbayan, ay siya pa mismong pumapatay sa mga Pilipino, gumagahasa sa hustisya, nilalabag ang ating mga karapatan, hinahayaan ang dayuhang angkinin ang ating mga teritoryo, at yurakan ang ating kasarinlan. Kaya naman ang panawagan sa lahat Sa ating pagbabalik-tanaw at pagsasabuhay sa mga aral ng Araw ng Kagitingan, suriin din natin ang ginagawang kapabayaan ng gobyerno para ipagwalang bahala ang sakripisyo ng magigiting na Pilipino, iparamdam sa kanila ang ating pagkadismaya, at matinding hangarin para sa tunay na pagbabago. Kasabay ng walang maliw na pasasalamat sa ating mga beterano, nagpapasalamat din po tayo sa mga walang takot na lumalaban ngayon para sa kapakanan ng kapwa at bansa-mula sa mga obispo at kaparian na di-natitinag sa pagkondena sa baluktot na mga polisiya, sa mga kawani ng media sa patas at makatotohanang pagbabalita, sa mga miyembro ng oposisyon sa pagsusulong ng katarungang panlipunan at demokrasya, at sa mga ordinaryong kababayan natin na nagmamalasakit sa bayan at tumitindig para sa lahat. Mahigit isang buwan na lang mula ngayon, magaganap na ang halalan, kung saan nasa kamay po natin ang magiging kapalaran ng bansa sa mga susunod na taon. Nagkakaisa at buong loob sana nating gampanan ang ating tungkulin na bumoto nang naaayon sa ating konsensya, at piliin ang mga pinunong tunay na magtatanggol sa Pilipino at sa mapagpalayang araw po sa inyong lahat!

kata bijak ki ageng suryomentaram