⚽ Puisi Asmaul Husna Al Adl
Puisi Surat; Meme; Quotes; Pemandangan; Kaligrafi; Template; Login. 99 Attributes Names Of Allah Asmaul Husna Scalable Vector In Thuluth Arabic Calligraphy Style Suitable For Asmaul Husna Calligraphy Styles 99 Name Of Allah. Tipe Gambar. jpg. Dimensi Gambar. 470 x 380. Besaran Gambar. 72.56 KiB.
AsmaulHusna menjadi salah satu materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di kelas X Semester 1. Nah salah satu Asmaul Husna itu adalah Al Matin. Sifat ini merupakan salah satu bukti bahwa tidak sesuatu apapun yang lebih kuat, selain dari pada-Nya. Allah SWT memiliki 99 nama agung yang terdapat dalam Al Quran, salah satunya Al Matin.
Orangyang mengimani Asmaul Husna Al-'Azim tidak akan
99asmaul husna dan artinya ini bisa jadi referensi untuk hafalan. Simak nama-nama Allah yang baik beserta terjemahan bahasa Indonesia disini. Al 'Adl artinya: Yang Maha Adil 30. Al Lathiif artinya: Yang Maha Lembut 31. Al Khabiir artinya: Yang Maha Mengenal [PUISI] Terpuruk. Indonesia | 03 Aug 2022. Bharada E Turut Serta Pembunuhan
99ASMAUL HUSNA DAN ARTINYA Asmaul husna adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang baik atau yang indah. Yang kita ketahui selama ini hanya 99 nama. Namun sesungguhnya para ulama berbeda pendapat mengenai jumlahnya. Ada yang berpendapat 100,132,200,1000 bahkan 4000 penjelasan asmaul husna.
Homepage/ asmaul husna / Al Adl Artinya. Al Adl Artinya Oleh admin Diposting pada 1 Desember 2021. 4.8/5 - (127 votes) Pengertian Al-Adl. Daftar Isi Artikel. Pengertian Al-Adl; Ayat-ayat yang Menjelaskan tentang Al-Adl; Pengamalan Al-Adl dalam Kehidupan Sehari-hari; Meneladani sifat Allah Al-Adl.
Lawannyaadalah kezaliman, yakni pelanggaran terhadap hak pihak lain. 4. Keempat, al'Adl dalam arti yang dinisbahkan kepada Allah. al'Adl di sini berarti memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat saat terdapat banyak kemungkinan untuk itu. 2.
Jakarta IDN Times - Al Adl adalah satu dari 99 nama baik Allah SWT yang termaktub dalam Asmaul Husna. Secara harfiah, arti dari nama tersebut adalah Allah Maha Adil, didasarkan dari kata Adl. Namun, adil versi Allah SWT tentu berbeda dengan adil versi manusia.
AsmaulHusna (30): Al-'Adlu (Yang Maha Adil) Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala; وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ "Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil". (Qs.Al-An'am:115).
sHHzVA9. - Cari tahu arti Al Adl dalam Asmaul Husna. Al Adl adalah salah satu dari 99 Asmaul Husna. Al Adl artinya lurus atau sama. Dalam Asmaul Husna arti Al Adl adalah Yang Maha Adil Melalui sifat ini Allah SWT. memerintahkan manusia agar memberikan hak orang lain sesuai dengan yang harus diterimanya tanpa mengurangi sedikit pun. Serta mampu menegakkan keadilan sepenuh hati, baik terhadap keluarga, tetangga, teman dan masyarakat lainnya. Makna Al Adl adalah Dia yang membenarkan dan meluruskan segala sesuatunya dengan adil dan penuh keadilan. Dia selalu memberikan keadilan yang hakiki melalui kebijaksanaan-Nya tanpa ada kesalahan. Nama Allah ini dijelaskan dalam sejumlah ayat Al Quran. Allah SWT berfirman dalam Al-An’am ayat 115 وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَّا مُبَدِّلَ لِكَلِمَٰتِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ Arab-Latin Wa tammat kalimatu rabbika ṣidqaw wa 'adlā, lā mubaddila likalimātih, wa huwas-samī'ul-'alīm Artinya Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu Al-Quran sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui. Allah SWT berfirman dalam Al-Maa’idah 5 ayat 8 “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, karena adilitu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Siapakah Asrul Sani dan Contoh Puisinya - Sobat yang sudah dan masih sekolah pastilah familier dengan sastrawan yang satu ini. Sastrawan yang dikenal sebagai salah satu sastrawan pembaharu sastra di Indonesia ini lahir di Rao, Sumatra Barat, 10 Juni 1927. Asrul Sani memulai pendidikan sekolah menengahnya dibidang tehnik, lalu masuk Fakultas Kedokteran Hewan, Bogor. Lalu ke Fakultas Sastra sebentar, balik lagi ke Fakultas Kedokteran Hewan, dari situ dia dapatkan gelar "doktorandes" pada tahun 1956. Sementara itu tahun 1951-1953 belajar di Akademi Seni Drama di Amsterdam, tahun 1955-1956 belajar film di USC Univ. of Southern California, Amerika. Nama Asrul pertama dikenal secara nasional adalah sebagai penyair pada kelompok pembaharu sastra Indonesia. la adalah satu dari tokoh penyair Angkatan '45, disamping Chairil Anwar dan Rivai Apin. Dibidang sastra ini disamping menulis puisi, ia juga menulis cerita pendek, esai, dan menterjemahkan banyak naskah teater. Pada masa revolusi ia menjadi Tentara Pelajar di Bogor, disitu ia menerbitkan koran Harian Bogor. Kemudian dia menjadi redaktur majalah kebudayaan Gema Suasana, anggota redaksi Gelanggang, ruang kebudayaan yang terkenal dari majalah Siasat, wartawan majalah kebudayaan Zenith. Kumpulan sajaknya terdapat pada "Tiga Menguak Takdir", bersama karya Chairil Anwar dan Rivai Apin. Kumpulan cerita pendeknya terbit dengan judul "Dari Suatu Masa Dari Suatu Tempat" Awal tahun 1950-an ia sudah mulai nampak tertarik pada seni film. Ia menjadi salah satu pelaku terpenting sejarah kebudayaan modern Indonesia. Asrul Sani, Chairil Anwar, dan Rivai Apin yang mengumpulkan karya puisi bersama-sama berjudul "Tiga Menguak Takdir" yang kemudian diterbitkan dalam bentuk buku di tahun 1950. Mereka bertiga bukan hanya menjadi pendiri "Gelanggang Seniman Merdeka", malahan didaulat menjadi tokoh pelopor sastrawan Angkatan antologi "Tiga Menguak Takdir" Asrul Sani tak kurang menyumbangkan delapan puisi, kecuali puisi berjudul "Surat dari Ibu". Sejak puisi "Anak Laut" yang dimuat di Majalah "Siasat" No. 54, II, 1948 hingga terbitnya antologi "Tiga Menguak Takdir" tadi, Asrul Sani tak kurang menghasilkan 19 puisi dan lima buah cerpen. Kemudian, semenjak antologi terbit hingga ke tahun 1959 ia antara lain kembali menghasilkan tujuh buah karya puisi, dua diantaranya dimuat dalam "Tiga Menguak Takdir", lalu enam buah cerpen, enam terjemahan puisi, dan tiga terjemahan drama. Puisi-puisi karya Asrul Sani antara lain dimuat di majalah "Siasat", "Mimbar Indonesia", dan "Zenith".Sastrawan Angkatan 45 bukan hanya dituntut bertanggungjawab untuk menghasilkan karya-karya sastra pada zamannya, namun lebih dari itu, mereka adalah juga nurani bangsa yang menggelorakan semangat kemerdekaan. Adalah tidak realistis sebuah bangsa bisa merdeka hanya bermodalkan bambu runcing. Namun ketika para "nurani bangsa" itu mensintesakan keinginan kuat bebas merdeka menjadi jargon-jargon "merdeka atau mati" dan semacamnya, maka, siapapun pasti akan tunduk kepada suara bukan hanya bersastra, pada tahun 1945-an itu Asrul Sani yang pernah duduk sebangku dengan sastrawan Pramoedya Ananta Toer sewaktu sekolah di SLTP Taman Siswa Jakarta, bersama kawan-kawan telah menyatukan visi perjuangan revolusi kemerdekaan ke dalam bentuk Lasjkar Rakjat Djakarta. Masih di masa revolusi itu, di Bogor dia memimpin Tentara Pelajar, menerbitkan suratkabar "Suara Bogor", redaktur majalah kebudayaan "Gema Suasana", anggota redaksi "Gelanggang", ruang kebudayaan majalah "Siasat", dan menjadi wartawan pada majalah "Zenith". Berikut 20 contoh puisi Asrul Sani yang bisa sobat simak. Tiada bersua dalam duniatiada mengapa hatiku sayangtiada dunia tempat selamalayangkan angan meninggi awanJangan percaya hembusan cederaberkata tiada hanya duniatilikkan tajam mata kepalasungkumkan sujud hati sanubariMula segala tiada adapertengahan masa kita bersuaketika tiga bercerai ramaidi waktu tertentu berpandang terangKalau kekasihmu hasratkan dikaurestu sempana memangku dakutiba masa kita berduaberkaca bahagia di air mengalirBersama kita mematah buahsempana kerja di muka duniabunga cerca melayu lipuhanya bahagia tersenyum harumDi situ baru kita berduasama merasa, sama membacatulisan cuaca rangkaian mutiaradi mahkota gapura astana rela. HARI MENUAI Lamanya sudah tiada bertemutiada kedengaran suatu apatiada tempat duduk bertanyatiada teman kawan berberitaLipu aku diharu sendusamar sapur cuaca matasesak sempit gelanggang dadasenak terhentak raga kecewaHibuk mengamuk hati tergarimelolong meraung menyentak rentakmembuang merangsang segala petuatiada percaya pada siapaKutilik diriku kuselam tahunkutimbul terasa terpancar terangistiwa lama merekah terangmerona rawan membunga sedanTahu akukini hari menuai apimengetam ancam membelam redamditulis dilukis jari tanganku. SUBUH Kalau subuh kedengaran tabuhsemua sepi sunyi sekalibulan seorang tertawa terangbintang mutiara bermain cahayaTerjaga aku tersentak dudukterdengar irama panggilan jayanaik gembira meremang romaterlihat panji terkibar di mukaSeketika teralpa;masuk bisik hembusan setanmeredakan darah debur gemuruhmenjatuhkan kelopak mata terbukaTerbaring badanku tiada berkuasatertutup mataku berat semataterbuka layar gelanggang anganterulik hatiku di dalam kelamTetapi hatiku, hatiku keciltiada terlayang di awang dendangmenanggis ia bersuara seniibakan panji tiada terdiri. INSAFSegala kupinta tiada kauberisegala kutanya tiada kausahutibutalah aku terdiri sendiripenuntun tiada memimpin jariMaju mundur tiada terdayasempit bumi dunia rayaruntuh ripuk astana cuacakureka gembira di lapangan dadaButa tuli bisu kelutertahan aku di muka dewalatertegun aku di jalan buntutertebas putus sutera sempanaBesar benar salah arahkuhampir tertahan tumpah berkahmuhampir tertutup pintu restugapura rahsia jalan bertemuInsaf diriku dera durhakagugur tersungkur merenang mata;samar terdengar suwara suwarnisapur melipur merindu akubukan ini perbuatan kekasihkutiada mungkin reka tangannyakerana cinta tiada mendera IBUKU DEHULU Ibuku dehulu marah padakudiam ia tiada berkataakupun lalu merajuk pilutiada peduli apa terjadimatanya terus mengawas dakuwalaupun bibirnya tiada bergerakmukanya masam menahan sedanhatinya pedih kerana lakukuTerus aku berkesal hatimenurutkan setan, mengkacau-balaujurang celaka terpandang di mukakusongsong juga - biar chederaBangkit ibu dipegangnya akudirangkumnya segera dikucupnya sertadahiku berapi pancaran nerakasejuk sentosa turun ke kalbuDemikian engkau;ibu, bapa, kekasih pulaberpadu satu dalam dirimumengawas daku dalam dunia. DI DALAM KELAM Kembali lagi marak-semarakjilat melonjak api penyucidalam hatiku tumbuh jahanamterbuka neraka di lapangan swargaApi melambai melengkung lurusmerunta ria melidah belahmenghangus debu mengitam belambuah tenaga bunga suwargaHati firdausi segera sentosaMurtad merentak melaut topanNaik kabut mengarang awanmenghalang cuaca nokta utamaBerjalan aku di dalam kelamterus lurus moal berhentijantung dilebur dalam jahanamkerongkong hangus kering aku kekasihku sayang;turunkan hujan embun rahmatmubiar padam api membelamsemoga pulih pokok percayaku. BATU BELAH Dalam rimba rumah sebuahteratak bambu terlampau tuaangin menyusup di lubang tepasbergulung naik di sudut tua membetul tinggimembukak puncak jauh di atasbagai perarakan melintas negeripayung menaung jemala rajaibu bapa beranak seorangmanja bena terada-adaplagu lagak tiada disangkakmana tempat ibu memintaTelur kemahang minta carikanuntuk lauk di nasi sejukTiada sayang;dalam rimba telur kemahangmana daya ibu mencarimana tempat ibu lasak mengisak panjangmenyabak merunta mengguling dirikasihan ibu berhancur hatilemah jiwa kerana cintaDengar.........dengar !dari jauh suara sayupmengalun sampai memecah sepimenyata rupa mengasing kataRang... rang... rangkupRang... rang... rangkupbatu belah batu bertangkupngeri berbunyi berganda ibu berfikir panjanglupa anak menangis hampirkalau begini susahnya hidupbiar ditelan batu bertangkupKembali pada suara bergelorabagai ombak datang menamparmacam sorak semarai ramaikerana ada hati berbimbangmenyahut ibu sambil tersedumelagu langsing suara susah;Batu belah batu bertangkupbatu tepian tempat mandiInsha Allah tiadaku takutsudah demikian kuperbuat janjiBangkit bonda berjalan pelantangis anak bertambah kuatrasa risau bermaharajalelamengangkat kaki melangkah ibu lenyap di matatimbul takut di hati kecilgelombang bimbang mengharu fikirberkata jiwa menanya bondalekas pantas memburu ibusambil tersedu rindu berserudari sisi suara sampaisuara raya batu bertangkupLompat ibu ke mulut batubesar terbuka menunggu mangsatutup terkatup mulut terngangaberderak-derik tulang belulangTerbuka pula, merah basahmulut maut menunggu mangsalapar lebar tercingah pangahmeraung riang mengecap sedap..Tiba dara kecil sendumenangis mencari ibuterlihat cerah darah merahmengerti hati bonda dara kecil sendumenurut hati menaruh rindu...Batu belah, batu bertangkupbatu tepian tempat mandiInsha Allah tiadaku takutsudah demikian kuperbuat janji. TURUN KEMBALIKalau aku dalam engkaudan kau dalam akuadakah begini jadinyajaku hamba engkau penghulu ?Aku dan engkau berlainanengkau raja, maha rayacahaya halus tinggi mengawangpohon rindang menaung bawah teduh engkau kembangkantaku berdiri memati haripada bayang engkau mainkanaku melipur meriang hatiDiterangi cahaya engkau sinarkanaku menaiki tangga, mengawankecapi firdausi melena telingamenyentuh gambuh dalam hatikuTerlihat ke bawahkandil kemerlapmelambai cempaka ramai tertawahati duniawi melambung tinggiberpaling aku turun kembali. DOA POYANGKU Poyangku rata meminta samasemoga sekali aku diberimemetik kecapi, kecapi firdausimenampar rebana, rebana swargaPoyangku rata semua sematapenabuh bunyian kerana suarasuara sunyi suling keramatkini rebana di celah jariku tari tamparku membangkit rindukucuba serentak genta genderangmemuji kekasihku di mercu laguAduh, kasihan hatiku sayangalahai hatiku tiada bahagiajari menari doa sematatapi hatiku bercabang dua. TERBUKA BUNGA Terbuka bunga dalam hatiku !kembang rindang disentuh bibir mengintip restu mengelopaknya bunga ini, layulahbunga lampau, sunting hatiku, dalam masa mengembara menanda dikauKekasihku ! inikah bunga sejati yang tiadakanlayu ? TAMAN DUNIAKau masukkan aku ke dalam taman- dunia, kekasihku !kaupimpin jariku, kautunjukkan bunga tertawa, kuntum tundukkan huluku tegak, mencium wangi tersembunyi gemalaikan di pipiku rindu daun beldu melunak aku takjob, engkau "Taman swarga, taman swarga mutiara rupa".Engkaupun aku gilakan rupa. SEBAB DIKAU Kasihkan hidup sebab dikausegala kuntum mengoyak kepakmembunga cinta dalam hatikumewangi sari dalam jantungkuHidup seperti mimpilaku lakon di layar terkelaraku pemimpi lagi penarisedar siuman bertukar-tukarMaka merupa di datar layarwayang warna menayang rasakalbu rindu turut mengikutdua sukma esa-mesra -Aku boneka engkau bonekapenghibur dalang mengatur tembangdi layar kembang bertukar pandanghanya selagu, sepanjang dendangGolek gemilang ditukarnya pulaaku engkau di kotak terletaklaku boneka engkau bonekapenyenang dalang mengarak sajak. KERANA KASIHMU Kerana kasihmuEngkau tentukansehari lima kali kita bertemuAku inginkan rupamukulebihi sekalisebelum cuaca menali suteraBerulang-ulang kuintai-intaiterus menerus kurasa-rasakansampai sekarang tiada tercapaihasrat sukma idaman badanPujiku dikau laguan kawidatang turun dari datukkudi hujung lidah engkau letakkanpiatu teruna di tengah gembalaSunyi sepi pitunang poyangtidak merentak dendang dambakulayang lagu tiada melangsingharam gemercing genta rebanaHatiku, hatikuhatiku sayang tiada bahagiahatiku kecil berduka rayahilang ia yang dilihatnya. TETEPI AKU Tersapu sutera piguradengan nilam hitam kelamberpadaman lentera alitberatus ribu di atas langitSeketika sekejap matasegala ada menekan dadanafas nipis berlindung guringmati suara dunia cahayaGugur badanku lemahmati api di dalam hatiterhenti dawai pesawat dirikuTersungkum sujud mencium tanahCahaya suci riwarna pelangiharum sekuntum bunga rahsiamenyinggung daku terhantar sunyiseperti hauri dengan kapaknyaRupanya ia mutiara jiwakuyang kuselami di lautan rasaGewang canggainya menyentuh rindutetapi aku tiada merasa... PERMAINANMU kau keraskan kalbunyabagi batu membesi benartimbul telangkaimu bertongkat uratditunjang pengacara petah fasihDi hadapan lawanmutongkatnya melingkar merupa ulartangannya putih , putih penyakitkekayaanmu nyata terlihat terangKakasihmu ditindasnya terustangan tapi bersembunyimengunci bagi paterikalbu ratu rat rapatKau pukul raja-dewasembilan cambuk melecut dadaputera mula penganti diripergi kembali ke asal aku kekasihkupermainan engkau permainkankau tulis kau paparkankausampaikan dengan lisanBagaimana aku menimbangkaulipu lipatkankau kelam kabutkankalbu ratu dalam genggammuKau hamparkan badandi tubir bibir penaka durjanajadi tanda di hari mukaBagaimana aku menimbangkekasihku astana sayangratu restu telaga sempanakekasihku mengunci hatibagi tali disimpul mati. HANYA SATU Timbul niat dalam kalbumu;terban hujan, ungkai badaiterendam karamruntuh ripuk tamanmu rampakManusia kecil lintang pukanglari terbang jatuh dudukair naik tetap terustumbang bungkar pokok purbaTeriak riuh/redam terbelamdalam gagap/gempita guruhkilau kilat membelah gelapLidah api menjulang tinggiTerapung naik jung bertudungtempat berteduh nuh kekasihmubebas lepas lelang lapangdi tengah gelisah, swara sentosa*Bersemayam sempana di jemala gembalajuriat jelita bapaku iberahimketurunan intan dua cahayapancaran putera berlainan kami bertikai pangkaidi antara dua, mana mutiarajauhari ahli lalai menilailengah langsung melewat abadAduh, kekasihkupadaku semua tiada bergunahanya satu kutunggu hasratmerasa dikau dekat rapatserupa musa di puncak tursina. BARANGKALI Engkau yang lena dalam hatikuakasa swarga nipis-tipisyang besar terangkum duniakecil terlindung alisKujunjung di atas hulukupuji di pucuk lidahkupangku di lengan lagukudaduhkan di selendang dendangBangkit gunungbuka mata mutiaramusentuh kecapi firdausidengan jarimu menirus halusBiar siuman dewi-nyanyigambuh asmara lurus lampailemah ramping melidah apihalus harum mengasap keramatMari menari dara asmarabiar terdengar swara swarnabarangkali mati di pantai hatigelombang kenang membanting diri. MABUK Ditayangan ombak bujang berseladijunjung hulu rapuh sematadikipasi angin bergurau sendalupakan kelana akan dirinya...Dimabukkan harum pecah terberaidiulikkan bujuk rangkai-rinangkaidatanglah semua mengungkai simpaihatimu bujang sekali mengintai di celah awanbersemayam senyum sayu-senduteja undur perlahan-lahanmukanya merah mengandung rendah rangkum-rinangkumtibun embun turun ke rumpunlembah-lembah menjunjung harummendatangkan kayal bujang sekaki dibuaikan sepoidalam cahaya rupa melambaipelik bunga membawaku ragulayu kupetik bunga setangkai gemelai permaidalam tanganku jatuh terserahkelopak kupandang sari kunilaidatanglah jemu mengatakan sudah...Bulan berbuni di balik awantaram-temaram cendera cahayateja lari ke dalam lautantinggallah aku tiada berpelita. DAGANG Susahnya duduk berdagangtiada tempat mengadukan dukabondaku tuan selalu terpandanghendak berjumpa apatah bonda merenungrasa-rasa Bonda mengeluhmengenangkan nasib tiada beruntungluka penceraian tiadakan garing seorang dirihati luka tiada berjampinangislah ibu mengenangkan kamirasakan tiada berjumpa diseru memohonkan restumoga kami janganlah piatuaduh ibu, kemala hulubukankah langit tiada berpintu?Sudahlah nasib tiada bertemusudahlah untung hendak piatubagaimana mengubah janji dahulusudah diikat di rahim ibu. SUNYI Kuketuk pintu masaku mudahendak masuk rasa kembalitaman terkunci dibelan pulatinggallah aku sunyi gelanggang tempat menyebungmasa bujang tempat beriakulihat siku singgung menyinggungaku terdiri haram disapa...Teruslah aku perlahan-lahansayu rayu hati melipurnangislah aku tersedan-sedanmendengarkan pujuk duka bangsi memanggil-manggiltersedu-sedu, dayu mendayutersalah aku diri terpencilbadan dilambung gelombang aku bertopang dagumerenung kupu mengecup bungalenalah aku sementara waktudalam rangkum kenangan teja serasa kulihatsuaramu dinda rasakan kudengardinda bersandar duduk bersikataku mengintip ombak gelombang menyembahkan lagukepada bibirmu kesumba patifikiranku melayang ke padang rinduwalaupun dinda duduk di sisi.
Data buku kumpulan puisi Judul Asmaul Husna, Membuka Jalan Menggenggam Cinta Penulis Iberamsyah Barbary Cetakan II, Januari 2012 Cet. I, Agustus 2011 Penerbit Kelompok Studi Sastra Banjarbaru KSSB, Banjarbaru. Dicetak PT. Grafika Wangi Kalimantan Tebal xvi + 112 halaman 101 puisi ISBN 978-979-1333-06-1 Editor HE. Benyamine Penyunting Bahasa Ali Syamsudin Arsi Perancang sampul Deden Penata letak Ahmad Syahmiran, Syah Ridha Nugraha Barbary Beberapa pilihan puisi Iberamsyah Barbary dalam Asmaul Husna Maha Belas Kasih AR –RAUF Angin berhembus berputar dan beredar Ke setiap celah dan sudut yang berdenyut Bergelora pada jagat, kehidupan tata surya manusia Membelai dan menyentuh, sel-sel yang memecah diri Tumbuh, mengalirlah angin berdesah pada napas Memburu desah deru kehidupan yang dinamis Menggeliat dari sumber yang sama Energi Ilahiah yang Maha Belas Kasih Biji-bijian terlindung dalam kulit, yang mencengkeram kuat Terbuai ulat dalam kepompong Bermimpi terbang dalam damai Menunggu kupu-kupu terbangun pagi hari Biji-bijian tumbuh menyeruak, yakin berdaun hijau Ditopang akar, pohon dan ranting Kupu-kupu mengepak sayap, di antara pepohonan yang berbunga Ada madu kehidupan, Sang Maha Belas Kasih Tersungging senyum semua makhluk Langit membuka pintu, memukau tebar cinta-Nya Mengalir semerbak wangi aroma taman surga Kasih sayang yang disajikan Bagai pemegang teguh cinta setia Itulah secercah cahaya yang menyelinap Dari Maha Pemilik Kerajaan Tersimpan di hati yang menjaga nyala dengan Keyakinan yang teguh Yang Maha Sabar ASH - SHABUR Debu-debu berputar dalam deru cinta-Nya Angin kasmaran, dengan sabar memberi cahaya Dalam gelap cinta, meraba pegangan pasti ada Rumbai-rumbai cahaya terang, terus berputar Mengintari titik terang membungkus rasa, menebar Benderang di hati yang sabar Sabar tertelungkup, sujud Berdiri tegak berputar, senyum damai yang telah dirajut Asik mengintari cahaya, cinta di hati, rindu membara Sadar mengapung Dalam cinta yang membumbung Di permukaan pusaran buih-buih rindu menanti Genggam cinta erat-erat di hati Teruslah mengapung di permukaan Pusaran cinta, sabar dalam penantian Sampai berbunga mekar, harum semerbak menebar santun Dipetik, dalam taman surga Genggam cinta selama kasih sayang-Nya berbunga Maha Mencegah AL – MANI Anak kecil menangis, gagal naik tangga Sayang ibu memukulnya, dengan sakit setengah hati Patah-patah lebih sakit, menyiksa raga Pukulan ibu, pembelajaran sabar, naluri cintanya yang hakiki Menunggu hikmah untuk tersenyum bangga Terampil naik, memanjat dan mendaki Nyanyi sedih tentang kehilangan cinta Nyanyi derita membawa duka Nyanyi sengsara nasib, lukalah jiwa Lagu-lagu yang melukai permukaan hati Pedih berdarah-darah belum membawa arti Kasih sayang-Nya mencegah ada yang patah hati Membuat lagu berhenti bernyanyi Sedih, derita, sengsara, paduan suara hidup menyapa Getaran hikmah menembus langit harapan Dengan lagu-lagu sejuta cinta merebut rasa Menunggu langit tertawa, dengan hujan Sang Maha Mencegah, mendengar gelegar rindu Awanpun berduyun-duyun, Membuka pintu langit biru Mengalirlah berkah, bintang-bintang berselimut awan Mereka yang sadar untuk tengadah, hatipun menyatu rasa Hujan telah membasahi ladang rindu-Nya Mencegah kemarau, hidup para kekasih terancam dahaga Terdampar dalam derita, Yang merusakan benih-benih rindu yang menyemai cinta Karena Dia Maha Memberi Derita Yang Maha Melindungi AL – WALIY I. Dalam tebaran cahaya menyelusup sunyi membinar Menyentuh pundak-pundak hamba Hati yang berbunga, tumbuh di taman, mekar Harum ditebar, pesona semerbak perlindungan-Nya Tertanam dalam sadar, cinta yang berwarna tidak pudar II. Bayi lelap dalam pelukan dan kehangatan kasih Ibu tersenyum dalam tetes air yang tulus Kehangatan sayang dan kasih Kekuatan ibu memberi lindungan damai meredam tangis Berlimpah embun lemak manis, rasa mengalir tak ada pamrih Tumbuhlah sang jabang bayi dalam perlindungan-Nya yang manis III. Rakyat dilindungi oleh para pemimpin, dengan Ketegasan dan kebijakan yang berbunga iman Tegaknya hokum dan keadilan tanpa keberpihakan Kendati langit runtuh menimpa istana dan singgasana Mengalirlah lindungan-Nya dalam kekuatan wibawa Negara dilindungi oleh pemimpin yang amanah, melaksanakan sumpah Kesejahteraan merata tidak pilih kasih Sampai ke ujung negeri, kampung-kampung sunyi Ideologi, senjata utama pertahanan Negara Iman, pupuk amanah, menyuburkan nasionalisme yang terpatri Menghadang angin panas, gersang yang terus datang bergelombang Kekuatan perlindungan yang tumbuh dari amanah yang putih bersih Yang Maha Melindungi, bersemayan dalam cahaya benderang Di hati yang mengukir amanah Layak dipuji oleh yang Maha Terpuji Terangkatlah nilai wibawa dan martabat Para manusia yang hanya berlindung di keteduhan Maha Melindungi Maha Luhur AL – JALIL Dia yang Agung Maha Luhur Kasih sayang, mengalir ke segala relung jiwa Mahluk penghuni alam semesta Dia yang Besar Maha Luhur Digenggam-Nya kemutlakan tiada tara Meninggikan dan memuliakan Merendahkan dan menghinakan Bertasbihlah segala mahluk dalam sumbunya Saling menjaga batas edar dan kehendak rasa Zikir menjaga amanah, keseimbangan jiwa Damai di bawah naungan, keteduhan singgasana-Nya Getar Ilahiah, mewujudkan Mengalir, menyebar, membesarkan Bersatu lagi, di kedalaman samudra kuasa Biru, sunyi, damai, di alur luhur cinta Yang Maha Pemurah Yang Mengadakan dari Tiada AL – BARI Dari tiada ada, tidak dari apa-apa Menjadi ada Tiada ada logika, dari sesuatu apa Menjadi ada Logika bukan alat menilai segala Dari tiada menjadi ada Karena logika dari tiada ada menjadi ada Terbatas dalam ada Tak akan mampu menilai yang telah ada Apalagi yang tersembunyi dalam rahasia Logika meraba kasih Manis mengalir, membentuk rasa di hati yang papa Dia sumber segala cinta, yang tersembunyi Ditabur Nya lah cinta dalam cipta yang nyata Bergeloralah cinta para manusia, di hati Menggulung rasa, mengenal dan mencari Maha Pembentuk dari tiada bentuk Karena Dia ada, membentuk cinta yang mutlak Yang Awal AL – AWWAL Apa yang terjadi sebelum ledakan besar Menggoncang sendi-sendi kebodohan ini Barang kali tirai semesta, yang gelap pekat gulita, lalu pudar Lorong yang sangat besar, sepi Ruangan terang benderang menyilaukan Atau gemuruh bermacam deru dan bunyi Berseteru, bergumul, bergolak lebur dalam satu tarikan Menuju muara permukaan yang kabut sunyi Atas kehendak-Nya yang indah dalam sebuah tatanan Otak membeku, daya pikir semakin gelap rasa meraba Mencari tepi mimpi, yang penuh rahasia Ditangan-Nyalah kunci Pandora, lorong pintu langit terbuka Segala cinta awal bermula, hatipun luruh mengenal cinta Zat yang wujudnya tidak ada permulaannya Tanda kekuasaan, kebesaran dan kekuasaan-Nya Cahaya cinta berlabuh dalam denyut para makhluk mengayuh Punya cerita permulaan dan leluhur yang mendahuluinya Punya cerita akhir terputus dari silsilah, walau sudah tertatah Terhapus dalam cerita, tiada ada daya dalam sejarah Wujud para makhluk dari tiada ada, menjadi ada Melangkah dinamis kembali tidak ada cerita Lebur dalam cahaya cinta Yang Maha Akhir tidak berkesudahan Maha Seimbang AL - MUQSIT Diberi-Nya kekayaan, agar menebar isi dan berbagi kepada yang memerlukan Diberi kekuasaan, diri untuk melayani, sesama insan mengatur dan menata untuk keseimbangan rasa Diberi kesempatan, agar dinamis menangkap, ayat-ayat-Nya, dan mengamalkan dengan penuh keyakinan Yang kaya menyantuni yang miskin Yang pintar dan cendikia, memberi bimbingan dan pemberdayaan Yang miskin sadar rasa, berbenah diri tumbuh pintar Yang merasa bodoh sadar, bangkit belajar, tumbuh pintar kebangkitan diri untuk mengejar Pintu Maha Keseimbangan-Nya, selalu terbuka Bagi yang sadar dan mengerti Yang Maha Mengumpulkan, di alam nanti memberi isyarat Agar menjadi kuat, bersinergi dengan iman yang melekat Yang Maha Dibutuhkan ASH – SHAMAD Dia yang memandu hati para manusia Dalam lorong-lorong rasa, ketika gelisah menerpa Membuat letih dan dahaga Terkadang kita lupa Bahwa kebutuhan telah tersedia, nyata Telah ditebar dan disemai-Nya rejeki, para makhluk Berlimpah dan cukup sebatas timbul dan tenggelamnya matahari Telah ditebar rasa kasih sayang, di semua rasa Agar kebutuhan cinta mencintai, damai dalam hidup Bahwa manusia harus mengerti untuk berbagi Dengan alam yang mengandung benih Bahwa manusia harus mengerti Menata rejeki, bercocok tanam, berniaga dengan gigih Menempa dan menggali Agar berkeadilan seimbang dalam pamrih Harmoni kasih, damai di bumi Dipenuhi segala kebutuhan hasrat Segala yang tersirat dan tersurat Dalam dimensi dan tendensi Perbendaharaan, potensi-Nya, meliputi dan melingkupi Kuasa-Nya, semesta raya tak bertepi Yang Maha Hidup AL – HAYY Zat Yang Maha Hidup dalam kesendirian Zat yang selalu ada, dan hidup dengan segala sifat Sumber segala kehidupan seluruh makhluk Dia di mana-mana, tapi tidak berketentuan di mana-mana Ruang dan waktu sirna dalam zat dan sifat-Nya Energi mengalir dahsyat mendenyutkan kehidupan nyata Gambaran cinta yang tidak terhingga Sepercik cahaya, dalam bongkahan tanah liat yang fana mengalir berjuta-juta sungai besar dan kecil, menyelusup Deras mengalir, jernih hangat membangkit gairah rasa Di telaga dan danau, berlimpah kehidupan, berkecipak dan mengepak sayap Tertata indah geliat, menyelam terbang dan berlari menyibak angkasa Renik-renik yang tidak terhingga Membentuk wujud, atas kehendak-Nya, tertatalah asa dan rasa Taman dunia dengan pusparagam, pelangi kehidupan makhluk Manusia puspa jelita, terindah di taman cinta yang elok Sepercik cahaya kasih sayang-Nya kepada insan Akal budi dan kecerdasan bersemayan dalam kalbu Untuk memilah-memilih, menimbang dan memutuskan Hitam atau putih, kecerdasan hidup menggenggam kalbu Cermin iman dan taqwa para insan Dalam tatapan yang Maha Mandiri dalam kuasa-Nya selalu Maha Suci AL – QUDDUS Kita mengalir bagai anak-anak sungai Hulu ke hilir mengangkut tingkah laku yang lalai Hitam, kelabu, coklat, kusam keruh berbau Lewat menguap bersama angin lalu Kalau demikian, Kita mengalir membawa limbah, sampah kesia-siaan Dalam najis-najis yang memberhala dalam pikiran Jangan sampai kejebak dalam selokan dan kubangan Kering dalam lumpur pekat berbau comberan Mengalirlah dengan arus deras, ke muara Menguras segala dekil di hati yang ada Laut lepas menggarami semua bangkai-bangkai terbantai Dia Sucikan segala tulus yang ikhlas melebur hati yang lalai Di kebiruan yang jernih Menguap dalam butir-butir air, sinar matahari yang cerah Menunggu singgasana langit, di rembulan yang menawan Dalam ke Maha Sucian Mengalir jernih, menuju Salam keabadian Yang Maha Bercahaya AN – NUR Terhampar dan terbentang luas tata surya Bertatah sinar cahaya surga Berkeindahan, menyingkap tabir gelap di hati manusia Warna-warna bertebaran adalah ayat-ayat-Nya Sinar menuntun gelap, Membangunkan hamba-hamba yang disergap lelap Mambungkus hamba yang sadar Sinar dan cahaya tak berkesudahan menyentuh Jauh di dalam tata surya galaksi manusia yang utuh Bersemayang bintang terang-Nya,menghias jiwa-jiwa Sinarnya-Nya pembuka tabir gelap Cahaya gemerlap, Tuntunan dan petunjuk, untuk mata hati yang mampu menangkap Menuju sumber kebenaran Yang telah terhampar untuk sebuah kemenangan Maha Pengasih AR – RAHMAN Dia belai cipta-Nya dengan kasih Lebih kasih dari pada induk yang meneteskan air kasih Lebih kasih dari pada ibu-ibu, mendekap sayang Yang meredakan tangis bayi-bayi, yang merasa kehilangan seseorang Mencari puting kehidupan, digairah para wanita yang berbunga harum Kasih mengalir pada perputaran siang dan malam Tiada henti Tiada akan pernah berhenti Sekalipun manusia lupa tentang janji Lupa diri Kasih tidak identik dengan jarum jam yang berhenti Dengan pertukaran kekuasaan antara siang dan malam saling menepi Terik panas yang membikin padang savana terbakar, dan Air laut meninggi, dataran pulau-pulau menyelinap perlahan gelombang mendebur berbusa duka, biru laut tersedu disela karang yang tegak Ribut makhluk, kehilangan tempat berpijak, gairah tidak terkendali, di pusaran waktu menghela nafsu Kasih ada pada nyala dan menyelinapnya pulau Tidak ke mana-mana, dibalik warna prilaku manusia yang selalu memburu Sedalamnya laut yang tidak tertembus sinar matahari Binasa manusia menghendakinya, kalau tidak sadar Kasih ada pada kegelapan yang sangat dalam sekali Manusia hanya mampu meluncur layar Meniti gelombang di permukaan laut menguji sabar Kasih, ada pada rasa di hati Rasa yang tumbuh mencuat ke atas dan berkembang Tumbuh rimbun pada iman yang mekar berseri Tidak berhenti berbunga sayang Harum semerbak menggapai Cinta-Nya Maha Penyayang Yang Memuliakan AL – MU’IZZ Kesadaran yang telah memutihkan hati Dari kelabu, yang hitam mengentali Darah beku, mencemari denyut jantung berdetak Iman tersumbat dalam cahayanya, retak Hati yang putih berkibar dalam semangat Harga diri fitrah universal, kekuatan membunuh gengsi yang melekat Kemenangan iman yang ditancapkan kuat Warna Rahmatan Lila’lamin Dalam sadar kita menghindar, dari sandiwara yang mengsyikkan Menggoda, perangkap lakon yang dihinakan Dia yang memuliakan Dia pula yang menghinakan Adalah sayang dalam ujian Berbuah penilaian hitam putih, sebuah warna Di tangannya rahasia, tak terduga Kesadaran segala-galanya bermanja Dalam suka duka Syukur Syukur Syukur, putih, suci Kesadaran yang tinggi Cahaya kemuliaan Selamat diri melangkah pada alur kehidupan Dia yang menghinakan, bagi yang lalai dengan kemuliaan Maha Perkasa AL – AZIZ Dia tidak meninggalkan hambanya yang terpuruk duka Ketika direndahkan dalam hina Ladangnya sedang dalam berbunga Mekar hatinya, menatap rintik-rintik air Senyumnya hanyut ke mana air mengalir Diangkat-Nya ke permukaan, mereka-mereka yang tidak menanam, perasaan dendam berbunga benci Diluaskan pandang dan padang perburuan, mencari Mereka-mereka yang damai dalam mengembalakan nafsu Dalam rentang kendali yang terukur Debur gelombang menyisir pantai, bergaris putih suci berseri Kendati abrasi memahat mengukir tebing Kikis terkikis rona tak terelakan Karena gelombang dan debur adalah zikir Wujud nyata sebagai berkah dan kekuatan Diri yang hadir dalam perjalanan mencari warna percintaan Maha Perkasa sahabat sejati iman melekat Ketika ragu datang memberi warna Pilihan buah simalakama Melebur ragu dalam paksa memetik Memilih sebuah wujud kebenaran yang sudah terbetik Bimbingan nyata sang Maha Pemaksa Yang Tidak Nyata AL – BATHIN Engkaulah zat yang Maha Tersembunyi Yang tidak tertangkap oleh pandang dan logika Berdenyut dalam rindu, mencari Angin berhembus membelai halus, terasa Gairah sejuk memeluk, damai Layar terkembang lebar membentang menangkap suasana Canda angin denyut rindu menghembus Meluncurlah perahu, beralas biru laut yang tulus Mewujud dalam rasa yang halus dan tulus Wahai yang tersembunyi, di balik tirai kaca gelap Tembus pandang-Mu, menjelajah semesta bening menyergap Membasuh dinding-dinding hati yang berlumpur Agar kami bisa menyelinap pandang dalam ruang yang samar Rindu pada berbunga Menghirup wangi, yang tersembunyi di hati yang bernyayi Engkau Maha Menguasai taman hati para manusia Maha Memperhitungkan AL – HASIB Setiap makhluk telah dicukupkan, dengan hitungan Nikmat mengalir dalam gerak Do’a dan ikhtiar ditebar semerbak Gerak do’a dilengkapi dengan kekuatan iman Gerak ikhtiar dilengkapi dengan kekuatan akal dan pikiran Itulah makhluk manusia menerjemahkan Hewan dan tumbuh-tumbuhan Kekuatan dan nalurinya Kehidupan dan habitatnya Air, angin, bulan dan matahari membentuk musim yang membawa Menambah rimbunnya cinta bertarung di padang buruan Saling mengisi dan memberi Menatap Dia Yang Penuh Keagungan Diperhitungkan segala yang diberi Yang tercecer sia-sia, tergenggam dan terbagi Cahaya menuntun dalam terang yang luhur Keseimbangan perhitungan mengatur Yang nyata maupun yang tersembunyi Dia Maha Luhur dalam menata dan memperhitungkan Kuasa-Nya tak terhingga dalam menilai Tentang Iberamsyah Barbary Iberamsyah Barbary lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 2 Januari 1948. Sempat berkarir sebagai guru, sebelum kemudian bekerja di Asuransi Jiwasraya hingga pensiun. Saat ini tinggal di Banjarbaru dan bergabung dengan Kelompok Studi Sastra Banjarbaru. Catatan Lain Ada 3 nama di sampul belakang yang memberi komentar, yaitu Hamami Adaby alm, Burhanuddin Soebly alm dan Ibramsyah Amandit. Di bagian dalam, pun ada pengantar penerbit yang diwakili oleh penyair Arsyad Indradi dan ada pula pengantar Penyair, yang diwakili oleh Ali Syamsudin Arsi. Di bagian biodata penyair, sepertinya belum ada daftar buku yang sudah diterbitkan, sepertinya ini buku pertama, padahal kini penulis juga dikenal dengan penulis gurindam 1001. Saya berterima kasih kepada isteri saya, yang sangat membantu dalam pengetikan puisi-puisi ini, sebagaimana sang penyair, yang mendedikasikan buku ini untuk sang isteri, tiga anak dan tiga menantu, sepertinya. Jika kita sepakat dengan asmaul husna, tentu ingatan kita akan melayang pada jumlahnya yang hanya 99 nama. Nah, di buku ini ada 101 puisi. Ada 2 puisi yang mengapit 99 puisi utama, yaitu puisi 99 Warna Cinta dan Membaca. Keduanya dengan format penulisan di tengah center. Berikut puisinya 99 Warna Cinta Aku hanya tahu 99 warna dari ayat-ayat-Mu Terangi aku dengan cahaya warna-warna tak terhingga melukis menarik garis, cinta Aku ingin melukis dalam terangnya hati Tidur dan bangunku Luruh tumpah di kanvas sujud Air mata rindu Tarikan kuas, napas Belum berkeindahan Hatiku sendu membaca arti yang tersimpan Bagaimana aku bisa Menjadi warna, melukis cinta di depan mata Apakah aku harus menyelam Di telaga warna Aku duduk di batu besar diam memandang dalam Cintaku berkecipak di permukaan Berbaur dengan rindunya alam Sekitar melukis indah, yang terbawa angin Hanya inilah lukisan cintaku Sekelumit rindu memendam Guruh mata air yang terhunjam Izinkan aku Izinkan aku Izinkan aku menyentuh air telaga yang bening Berpegang tangan, di akar pohon-pohon yang kuat Bermanja dengan air, jernih telaga-Mu Aku lukis dahaga rindu, dengan segala warna Permukaan yang menakjudkan Daun-daun luruh Air mata alam Warna-warni rinduku Yang terdampar di permukaan Telaga cinta-Mu Luas dan dalam Membaca membaca membuka kitab membuka langit dunia sinar makna menerangi jiwa membaca kitab-kitab terbuka hikmah-hikmah berbunga harmonilah jiwa lembaran-lembaran kitab mekar kuncup hati terbuka lebar warnanya menghias sekitar menebar harum, merenda indahnya dunia lembaran-lembaran kitab selalu terbuka menerjemahkan cinta menangkap hikmah membuka jalan menggengam cinta
puisi asmaul husna al adl